PRIBADI (MANUSIA ) YANG EFEKTIF
Manusia itu lahir, tumbuh, dan berkembang dalam ruang dan waktu yang berbeda. Sehingga tujuan, cita-cita, dan keinginan (visi misi hidup) ditentukan oleh diri mereka sendiri. Namun, manusia tidak akan pernah bisa lepas dari lingkungan di sekelilingnya, maupun dari pengaruh perkembangan zaman, baik kapan dan dimana manusia itu hidup, dan terus mengalami perubahan dan perkembangan. Nah… bagaimana sebetulnya proses manusia itu berkembang, sehingga menjadi suatu pribadi yang mempunyai karakteristik dalam hidupnya? Bila anda pernah belajar Ilmu Psikologi, tentu anda akan kenal dengan tiga teori tentang proses perkembangan dan pertumbuhan manusia sehingga terbentuk suatu prilaku dan kepribadian dalam diri mereka.
Ada tiga toeri yang mengemukakan tentang hal itu.
Pertama, Teori Nativisme, dalam teori ini menyebutkan bahwa keperibadian atau perkembangan pendidikan seseorang itu ditentukan oleh unsur bawaan atau dikenal dengan ide innate (factor keturunan/gen). Maksudnya, manusia akan pandai bila orang tua (kakek-neneknya) adalah orang-orang yang pandai. Hal ini biasanya dianalogikan bahwa buah kelapa kalau jatuh pasti tidak akan jauh dari pohonnya. Jika memang benar demikian, maka orang yang merasa dirinya keturunan pejabat, kiyai, guru, presiden gak usah capek-capek belajar di berbagai sekolah ataupun perguruan tinggi, karena sudah ada jaminan dari orang tua mereka.
Pertama, Teori Nativisme, dalam teori ini menyebutkan bahwa keperibadian atau perkembangan pendidikan seseorang itu ditentukan oleh unsur bawaan atau dikenal dengan ide innate (factor keturunan/gen). Maksudnya, manusia akan pandai bila orang tua (kakek-neneknya) adalah orang-orang yang pandai. Hal ini biasanya dianalogikan bahwa buah kelapa kalau jatuh pasti tidak akan jauh dari pohonnya. Jika memang benar demikian, maka orang yang merasa dirinya keturunan pejabat, kiyai, guru, presiden gak usah capek-capek belajar di berbagai sekolah ataupun perguruan tinggi, karena sudah ada jaminan dari orang tua mereka.
Kedua, Teori Behaviorisme (John Locke). Teori ini menjadi antitesa dari teori yang pertama. Teori ini mengatakan bahwa mausia dalam proses perkembangan kepribadian dan pendidikannya tidak ditentukan ole hide innate (ide bawaan) seperti yang disebutkan di atas. Tetapi—menurut teori ini–manusia sewaktu lahir bagaikan kertas kosong (tabula rasa) yang akan diisi oleh pengalaman. Artinya bahwa kesuksesan seseorang itu ditentukan oleh usaha dan lingkungan disekelilingnya. Lagi-lagi jika memang demikian kebenarannya, maka jangan sombong dulu orang yang merasa dirinya keturunan ningrat, kiyai, pejabat, ataupun professor sekalian, karena belum tentu anda akan mengukir sejarah seperti orang tuanya. Sedangkan untuk orang-orang yang keturunan petani, pemulung, dan buruh tidak usah merasa kecil hati, ngumpul saja sama orang-orang pintar, maka anda akan dijamin jadi orang pintar juga.
Teori yang ketiga ini lebih mungkin fleksibel, teori ini disebut dengan Teori Konvergensi (Hukum Konvergensi), hukum ini menjadi sintesa dari kedua teori di atas. Karena dalam hukum ini berusaha untuk memadukan kedua teori di atas.
Hukum konvergensi berbunyi :
a) jika pengaruh lingkungan lebih kuat dari pengaruh bawaan, maka pendidikannya (perkembangannya) cenderung kepada pendidikan yang dibentuk oleh lingkungan tersebut.
b) jika pengaruh bawaan lebih kuat dari lingkungan, maka pendidikan akan lebih cendrung kepada arah ide innate (ide bawaan).
c) jika pengaruh lingkungan dan bawaan itu sama-sama kuat, maka hasil perkembangan (pendidikan) itu akan baik dan proporsional.
Hukum konvergensi berbunyi :
a) jika pengaruh lingkungan lebih kuat dari pengaruh bawaan, maka pendidikannya (perkembangannya) cenderung kepada pendidikan yang dibentuk oleh lingkungan tersebut.
b) jika pengaruh bawaan lebih kuat dari lingkungan, maka pendidikan akan lebih cendrung kepada arah ide innate (ide bawaan).
c) jika pengaruh lingkungan dan bawaan itu sama-sama kuat, maka hasil perkembangan (pendidikan) itu akan baik dan proporsional.
Akan tetapi, apalah artinya semua teori ini. Karena kenyataan hidup tak selamanya bisa dibahasakan dengan bahasa teori ataupun konsep. Toh pada akhirnya, manusia masih ada yang lebih percaya kepada takdir yang sudah mempunyai ketentuan masing-masing. Jadi ketiga teori di atas tidak ada gunanya bila manusia sudah percaya pada takdir, artinya jika orang ditakdirkan menjadi orang pejabat maka ia pasti akan jadi pejabat, tanpa memikirkan linkungan ataupun keturunan. Sebab, asumsi mereka Dia-lah (Tuhan) yang berkuasa menentukan hidup kita, dan bukan teori buatan manusia.
Namun terkait dengan persoalan diatas, kita harus tetap mengenal siapa diri dan lingkungan kita. Karena dengan mengenal diri sendiri, kita juga bisa mengenal orang lain. Dimana interaksi ini memang dibutuhkan sebagai pengakuan bahwa manusia itu berwujud. Maka dari itu, diperlukan bagaimana seharusnya kita membentuk pribadi yang efektif, sehingga kita bisa dengan mudah diterima oleh lingkungan kita dimana kita beraktualisasi diri.
Dan yang terpenting ada enam kemampuan dasar yang harus kita pelajari untuk menjadi pribadi efektif terkait dengan ketiga teori diatas, yaitu:
Dan yang terpenting ada enam kemampuan dasar yang harus kita pelajari untuk menjadi pribadi efektif terkait dengan ketiga teori diatas, yaitu:
Pertama adalah kesadaran diri. Ini merupakan kunci sukses untuk bisa memahami orang lain dan dunia ini. Bahkan kesadaran diri adalah pintu masuk untuk bisa mengenal keunggulan atau kelemahan diri sendiri. Kemampuan tentang kesadaran diri jika terus diasah secara optimal, akan menghasilkan kebiasaan efektif berupa aktivitas yang pro-aktif. Artinya, manusia akan memiliki kemampuan untuk memilih respon yang cocok untuk menentukan keputusan.
Kedua yaitu imajinasi. Kemampuan imajinasi jika diolah secara optimal dengan petunjuk kesadaran dan prinsip akan menghasilkan kebiasaan hidup yang memiliki tujuan jelas. Orang yang telah maksimal melatih imajinasinya, akan selalu membuat harapan dan tujuan baru, sehingga ia tidak mudah tergoda oleh berbagai godaan.
Ketiga ialah kemampuan mengutamakan hal penting. Kemampuan manusia apabila dikembangkan secara benar akan menghasilkan kebiasaan hidup yang teratur. Karena dirinya lebih mengutamakan hal-hal penting serta penuh persiapan dalam memilih berbagai aktivitas. Pola keteraturan dan disiplin semacam ini, tidak dapat diraih tanpa kemauan dan kerja keras. Sebab, semuanya ada tanggung jawabnya.
Keempat adalah mentalitas kuat. Kapasitas mental yang diolah secara maksimal akan menghasilkan kebiasaan berfikir positif dan produktif dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Mentalitas yang kuat akan menghasilkan kepribadian yang berprinsip. Semakin kuat manusia berpusat pada prinsip hidup, maka semakin mudah pula manusia itu memberikan rasa cinta atau penghargaan pada orang lain.
Kelima yaitu keberanian memahami lebih awal. Keberanian yang diasah secara continue (terus-menerus) akan menghasilkan sebuah kebiasaan efektif berupa pemahaman. Dikatakan efektif disini, karena memahami orang lebih awal, akan membuat seseorang juga gampang untuk memahami kita.
Dan keenam adalah kreativitas. Kreativitas yang diasah secara optimal akan menghasilkan kebiasaan hidup berupa terciptanya keunggulan sinergis dari perbedaan atau persamaan. Apabila kita mamiliki keunggulan kreativitas kesadaran, maka tujuan hidup ini bisa kita raih dengan berkembangnya kedewasaan diri.
Jadi, untuk menjadi pribadi yang fektif tidaklah mudah. Karena, pembaharuan dimana-mana. Yang perlu di ingat bahwa, tidak semua kesuksesan orang tua bisa menentukan kesuksesan kita juga. Demikian pula keefektifan lingkungan, tidak pula menjamin keefektifan kita menjadi manusia sempurna. Karena hidup serta tujuanya manusia, yang menentukan ialah manusia itu sendiri sesuai dengan usaha mereka masing-masing.